RSS

Merubah Windows 32 Bit mengenali memory 4 Gb atau Lebih

Windows 32 bit secara umun tidak bisa mengenali kapasitas memory lebih dari 3.5 Gb, tapi ada beberapa trik untuk mengakali hal tersebut yaitu :

Aktifkan mode PAE pada Windows XP

* Klik kanan pada My Computer dan pilih “Properties”
* Buka tab Advanced dan di bawah tab Startup and Recovery, di Settings dan klik “Edit”
* Ini akan membuka notepad yang berisi file boot.ini.
Dibawah tulisan “[operating systems]” tertulis baris: multi
(0) disk (0) rdisk (0) partition (2) \ WINDOWS = “Microsoft Windows XP”
/ noexecute = OptIn / fastdetect coba ubah menjadi:
multi (0) disk (0) rdisk (0) partition (1) \ WINDOWS = “Microsoft
Windows XP” / noexecute = OptIn / PAE
* Simpan file tadi dan keluar.

Aktifkan mode PAE pada Windows Vista

* Tekan Windows key + R, kemudian ketikan cmd terus tekan enter
* Tekan Ctrl + Shift + Enter untuk mengeksekusi prompt sebagai administrator
* Enter command Bcdedit / Set SAP forceenable dan tekan enter.

Aktifkan mode PAE pada Linux Ubuntu

* Buka terminal/konsol dan jalankan perintah untuk install sebuah kernel PAE: sudo apt-get update sudo sudo apt-get install
linux-headers-server linux-image-server linux-server
* Setelah installasi, restart system dengan new kernel yang baru: sudo reboot

Dengan prosedur tadi semestinya komputer anda bisa mengenali RAM yang lebih dari 4 GB.

Mengenal Pertanian

Sejarah Pertanian
Sejarah pertanian adalah bagian dari sejarah kebudayaan manusia. Pertanian muncul ketika suatu masyarakat mampu untuk menjaga ketersediaan pangan bagi dirinya sendiri. Pertanian memaksa suatu kelompok orang untuk menetap dan dengan demikian mendorong kemunculan peradaban. Terjadi perubahan dalam sistem kepercayaan, pengembangan alat-alat pendukung kehidupan, dan juga kesenian akibat diadopsinya teknologi pertanian. Kebudayaan masyarakat yang tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris. Sebagai bagian dari kebudayaan manusia, pertanian telah membawa revolusi yang besar dalam kehidupan manusia sebelum revolusi industri. Bahkan dapat dikatakan, revolusi pertanian adalah revolusi kebudayaan pertama yang dialami manusia. Agak sulit membuat suatu garis sejarah pertanian dunia, karena setiap bagian dunia memiliki perkembangan penguasaan teknologi pertanian yang berbeda-beda. Di beberapa bagian Afrika atau Amerika masih dijumpai masyarakat yang semi-nomaden (setengah pengembara), yang telah mampu melakukan kegiatan peternakan atau bercocok tanam, namun tetap berpindah-pindah demi menjaga pasokan pangan. Sementara itu, di Amerika Utara dan Eropa traktor-traktor besar yang ditangani oleh satu orang telah mampu mendukung penyediaan pangan ratusan orang.

Berakhirnya zaman es sekitar 11.000 tahun sebelum Masehi (SM) menjadikan bumi lebih hangat dan mengalami musim kering yang lebih panjang. Kondisi ini menguntungkan bagi perkembangan tanaman semusim, yang dalam waktu relatif singkat memberikan hasil dan biji atau umbinya dapat disimpan. Ketersediaan biji-bijian dan polong-polongan dalam jumlah memadai memunculkan perkampungan untuk pertama kalinya, karena kegiatan perburuan dan peramuan tidak perlu dilakukan setiap saat. Contoh budaya semacam ini masih terlihat pada masyarakat yang menerapkan sistem perladangan berpindah (slash and burn) di Kalimantan dan Papua. Berdasarkan bukti-bukti peninggalan artefak, para ahli prasejarah saat ini bersepakat bahwa praktik pertanian pertama kali berawal di daerah "bulan sabit yang subur" di Mesopotamia sekitar 8000 SM. Pada waktu itu daerah ini masih lebih hijau daripada keadaan sekarang. Berdasarkan suatu kajian, 32 dari 56 spesies biji-bijian budidaya berasal dari daerah ini. Daerah ini juga menjadi satu dari pusat keanekaragaman tanaman budidaya (center of origin) menurut Vavilov. Jenis-jenis tanaman yang pertama kali dibudidayakan di sini adalah gandum, jelai (barley), buncis (pea), kacang arab (chickpea), dan flax (Linum usitatissimum).

Sistem Pertanian di Indonesia
1. Sistem ladang
Merupakan sistem pertanian yang paling primitif. Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.
2. Sistem tegal pekarangan
Sistem tegal pekarangan berkembang di lahan-lahan kering, yang jauh dari sumber-sumber air yang cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, walupun demikian tingkatan pengusahaannya rendah. Pengelolaan tegal pada umumnya jarang menggunakan tenaga yang intensif, jarang ada yang menggunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tanaman tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.
3. Sistem sawah
Merupakan teknik budidaya yang tinggi, terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga tercapai stabilitas biologi yang tinggi, sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau menggunakan sistem sawah.
4. Sistem perkebunan
Baik perkebunan rakyat maupun perkebunan besar (estate) yang dulu milik swasta asing dan sekarang kebanyakan perusahaan negara, berkembang karena kebutuhan tanaman ekspor. Dimulai dengan bahan-bahan ekspor seperti karet, kopi, teh dan coklat yang merupakan hasil utama, sampai sekarang sistem perkebunan berkembang dengan manajemen yang industri pertanian.


Sumber:
http://id.wikipedia.org
http://www.lablink.or.id

Mengenal Hidroponik

Latar Belakang

Hidroponik muncul sebagai alternatif pertanian lahan terbatas. Dengan sistem ini memungkinkan sayuran ditanam di daerah yang kurang subur/daerah sempit yang padat penduduknya. Pengembangan hidroponik di Indonesia mempunyai prospek yang cerah,baik untuk mengisi kebutuhan dalam negeri maupun merebut peluang ekspor. Penerapan hidroponik secara komersial di Indonesia dimulai tahun 1980 di Jakarta untuk memproduksi sayuran dan buah bernilai ekonomi tinggi. Saat ini ada beberapa perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang hidroponik. Antara lain:PT.Saung Mirwan,Parung Farm,PT.Joro,Putri Segar,Amazing Farm,PT.Bandung Farmer Internasional,dan HMI Fruits & vegetables.

Mungkin, bagi sebagian besar orang tidak akan percaya di antara ratusan tomat yang dimakan tidak tumbuh di atas tanah melainkan di air. Seperti percobaan yang yang dilakukan salah satu bapak hidroponik, Dr.W.F.Gericke dari Universitas California pada tahun 1930-an. Latar belakang Gericke meneliti sistem hidroponik ini, karena ia melihat luas tanah di sekelilingnya terasa semakin menciut untuk ditumbuhi berbagai tanaman.


Hidroponik (latin; hydro = air; ponos = kerja) adalah suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan dengan menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara seperti sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah.

Kelebihan hidroponik
  • hidroponik ini mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan sistem penanaman biasa yang menggunakan tanah seperti berikut:
  • Sistem ini boleh dipraktikkan pada kawasan yang tidak sesuai untuk penanaman secara biasa seperti tanah bertoksik, padang pasir dan lain-lain;
  • Sayur-sayuran akan cepat tumbuh dan mengeluarkan hasil yang berkualiti tinggi;
  • Bersih dan bebas daripada sebarang racun makhluk perosak;
  • Tidak perlu merumpai, menyiram dan mencangkul;
  • Penggunaan air dan baja yang terkawal dan efisien;
Manfaat penerapan hidroponik
  • Hasil dan kualitas tanaman lebih tinggi
  • Lebih terbebas dari hama dan penyakit
  • Penggunaan air dan pupuk lebih hemat
  • Dapat untuk mengatasi masalah tanah
  • Dapat untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan

Jenis Hidroponik Berdasar Pada Media

1. Kultur Air
media Kultur Air merupakan Hidroponik yang Terapung dan Nutrient Film Technic (NFT), dimana NFT (Nutrient Film Technique) adalah adalah salah satu iasm dalam budidaya secara hidroponik. Sistem ini menggunakan media air yang mengandung nutrisi, dan air tersebut mengalir tipis rata-rata 0.5 mm – 3 mm, tipis seperti film. Sedangkan akar terendam sebagian. Tetapi iasm ini pun sudah sangat berkembang dan di modifikasi dengan berbagai teknik, sebagian besar aliran air nutrisi tanaman mengailir dan embali lagi di alirkan (circulating). Hidroponik NFT pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1970, dan sepengetahuan saya iasm ini mulai masuk di Indonesia tahun 1992.


2. Media batu apung
media yang digunakan yaitu Batu apung, dari sifat-sifat batu apung, mungkin yang bisa dimanfaatkan adalah sifat fisik batuannya yang ringan, berpori, mampu meluluskan air, dan material penyusunnya tidak mudah larut/lapuk. Sifat fisik ini cukup ideal bila dimanfaatkan sebagai media tanam ala hidroponik, atau sebagai campuran media pengganti pasir malang. Disisi lain kandungan kimia batu apung terlihat menjanjikan, namun tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Hal ini sehubungan dengan sifat mineral penyusun batu apung yang resistent terhadap pelapukan atau sulit terionisasi. Padahal tanaman menyerap unsur hara dalam bentuk ion-ion (kation maupun anion).


3. Vermikulaponik
media yang digunakan adalah serbuk gergaji, Tanah gambut dan Arang sekam. Arang sekam memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan air. Penggunaan arang sekam cukup meluas dalam budidaya tanaman hias maaupun sayuran (terutama budidaya secara hidroponik)



Macam-macam media hidroponik
1. Media Organik

Contoh: arang sekam, serbuk gergaji, sabut kelapa, akar pakis, vermikulit, gambut dll

Kelebihan Media Organik
  • Kemampuan menyimpan air dan nutrisi tinggi
  • Baik bagi perkembangan mikroorganisme bermanfaat (mikroriza dll)
  • Aerasi optimal (porus)
  • Kemampuan menyangga pH tinggi
  • Sangat cocok bagi perkembangan perakaran
  • Digunakan pada tipe irigasi dripLebih ringan

Kekurangan Media Organik
  • Kelembaban media cukup tinggi, rentan serangan jamur, bakteri, maupun virus penyebab penyakit tanaman
  • Sterilitas media sulit dijamin
  • Tidak permanen, hanya dapat digunakan beberapa kali saja, secara rutin harus diganti

2. Media Non-Organik
Contoh : perlit, rockwool, clay granular, sand, gravel, batu apung, batu bata, batu karang, dll


Kelebihan Media Non-Organik
  • Permanen, dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama
  • Porus, aerasi optimal
  • Cepat mengatuskan air, media tidak terlalu lembab
  • Sterilitasnya lebih terjaminJarang digunakan sebagai inang bagi jamur, bakteri, dan virus
Kekurangan Media Non-Organik
  • Bukan media yang baik bagi perkembangan organisme bermanfaat seperti Mikoriza
  • Media lebih berat, karena umumnya berupa batuan
  • Terlalu cepat mengatuskan air, nutrisi yang diberikan sering terlindiKurang baik bagi perkembangan sistem perakaran

Jenis Tanaman
jenis tanaman yang sudah biasa dibudidayakan dengan sistim hidroponik, meliputi:
  • Sayuran : selada, sawi, pakchoi, tomat, wortel, asparagus, brokoli, cabai, seledri, bawang merah, bawang putih, bawang daun, terong dll
  • Buah : melon, tomat, mentimun, semangka, strawberi, paprika dll
  • Tanaman hias : krisan, gerberra, anggrek, kaladium, kaktus dll


Daftar Pustaka:
www.faperta.ugm.ac.id
http://danusabda.wordpress.com
http://aglaonemaonline.wordpress.com/2008/01/18/batu-apung-untuk-media-tanam/
http://agrica.wordpress.com/2009/01/07/arang-sekam/
http://www.sabah.org.my/bm/nasihat/artikel_pertanian/hidroponik.htm
http://blog.ub.ac.id/wtomo/2010/03/12/hidroponik/